Gresik, gerbangnusantaranews.com
Saya yang baru pertama kali ke Desa Surowiti, bertanya ke Pak Kades. "Sunan Kalijaga kok bisa sampai ke Panceng?"
Pertanyaan ini barangkali juga mewakili banyak orang. Karena telah menjadi pengetahuan umum, Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu, Jawa Tengah.
Mendengar itu, Pak Kades tersenyum. Tampak obrolan ini yang ia tunggu. Ia pun bersemangat bercerita sekilas tentang Desa Surowiti. Desa yang memang dipercaya pernah menjadi bagian perjalanan hidup Sunan Kalijaga.
"Sejarah Sunan Kalijaga itu dibagi menjadi tiga masa, Gus," kata Pak Kades memulai menjelaskan.
"Yakni masa pengembaraan, lalu menjadi wali, dan setelah jadi wali. Nah, Sunan Kalijaga menetap di Surowiti ketika sebelum jadi wali dan masa-masa awal jadi wali."
Lanjut Pak Kades, Surowiti dalam sejarahnya memang menjadi kawasan yang tertutup. Karena di sanalah, tempat Sunan Kalijaga mengatur strategi dalam masa-masa persiapan mendirikan kerajaan Demak Bintoro.
Hal itu didukung letak bukit yang berada di tengah-tengah hutan dan jauh dari keramaian serta mobilitas warga. Saya pun mulanya tak menyangka ada desa di lokasi terpencil itu.
Dan, karena tertutup itulah, tak banyak hal yang ditahu orang tentang Surowiti. Hingga akhirnya, yang tersebar di masyarakat justru distorsi perihal sejarah dan berita mengenai Surowiti.
Dulunya, ada seorang punggawa kerajaan Majapahit bernama Raden Bagus Mataram yang kaya raya. Ia tertarik dengan dakwah Sunan Kalijaga dan akhirnya menjadi pengikut Sunan Kalijaga. Ia pun akhirnya menetap di Surowiti dan membawa semua hartanya guna bagian dari persiapan mendirikan kerajaan Demak Bintoro.
"Raden Bagus menceritakan semua kelebihan dan kelemahan kerajaan Majapahit. Ia berperan memberi masukan Sunan Kalijaga untuk memindahkan kekuasaan dari Majapahit ke Demak," lanjut Pak Kades.
Artinya, sebuah bukit kecil yang terletak di sebelah selatan dan timur Panceng itu pernah menjadi bagian proses dakwah Islam Walisongo di tanah Jawa. Bahkan, ketika proses islamisasi itu mulai menjangkau ke politik dan kekuasaan, Surowiti dijadikan Sunan Kalijaga sebagai tempat mengatur strategi.
"Karena para Walisongo menyadari, dakwah tak cukup dengan pendekatan kultural. Melainkan juga struktural kekuasaan," tegas Pak Kades.
Hal itu pula lah yang melatarinya menjadi kepala desa di usia yang masih sangat muda. "Saya sudah tiga periode menjadi kades, Gus," katanya.
Itu tak lepas dari misi dia guna tetap bisa berdakwah dan membumikan ajaran Sunan Kalijaga di Surowiti. "Tiap acara Agustusan atau acara resmi lainnya, selalu saya sampaikan dalam sambutan mengenai nilai-nilai kebijaksanaan yang diwariskan Sunan Kalijaga. Termasuk meluruskan sejarah mengenai Surowiti yang banyak bergeser," ceritanya.
Dengan demikian, nilai-nilai peninggalan Sunan Kalijaga yang penuh dengan nuansa akulturasi budaya bisa ia jaga di masyarakat dengan lebih efektif. Agar tidak berbelok dan semoga terus tertanam di masyarakat sampai ke generasi selanjutnya.
Hanya, ia pun berpesan, hati-jati dengan kekuasaan. Karena dalam sejarahnya, meski diniatkan untuk dakwah, setelah Demak Bintoro terbentuk, juga berbuntut perang saudara karena kekuasaan.
"Kekuasaan itu akan menjadi sumber kemanfaatan yang luar biasa bila digunakan dengan baik. Sebaliknya, akan menjadi sumber kemudharatan luar biasa bila disalahgunakan," pesannya.
Ngomong-ngomong, wes pernah nang Surowiti rung? Ayo dukung wisata lokal Kabupaten Gresik.(Oleh Gus Yani - Mad GNN)
Saya yang baru pertama kali ke Desa Surowiti, bertanya ke Pak Kades. "Sunan Kalijaga kok bisa sampai ke Panceng?"
Pertanyaan ini barangkali juga mewakili banyak orang. Karena telah menjadi pengetahuan umum, Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu, Jawa Tengah.
Mendengar itu, Pak Kades tersenyum. Tampak obrolan ini yang ia tunggu. Ia pun bersemangat bercerita sekilas tentang Desa Surowiti. Desa yang memang dipercaya pernah menjadi bagian perjalanan hidup Sunan Kalijaga.
"Sejarah Sunan Kalijaga itu dibagi menjadi tiga masa, Gus," kata Pak Kades memulai menjelaskan.
"Yakni masa pengembaraan, lalu menjadi wali, dan setelah jadi wali. Nah, Sunan Kalijaga menetap di Surowiti ketika sebelum jadi wali dan masa-masa awal jadi wali."
Lanjut Pak Kades, Surowiti dalam sejarahnya memang menjadi kawasan yang tertutup. Karena di sanalah, tempat Sunan Kalijaga mengatur strategi dalam masa-masa persiapan mendirikan kerajaan Demak Bintoro.
Hal itu didukung letak bukit yang berada di tengah-tengah hutan dan jauh dari keramaian serta mobilitas warga. Saya pun mulanya tak menyangka ada desa di lokasi terpencil itu.
Dan, karena tertutup itulah, tak banyak hal yang ditahu orang tentang Surowiti. Hingga akhirnya, yang tersebar di masyarakat justru distorsi perihal sejarah dan berita mengenai Surowiti.
Dulunya, ada seorang punggawa kerajaan Majapahit bernama Raden Bagus Mataram yang kaya raya. Ia tertarik dengan dakwah Sunan Kalijaga dan akhirnya menjadi pengikut Sunan Kalijaga. Ia pun akhirnya menetap di Surowiti dan membawa semua hartanya guna bagian dari persiapan mendirikan kerajaan Demak Bintoro.
"Raden Bagus menceritakan semua kelebihan dan kelemahan kerajaan Majapahit. Ia berperan memberi masukan Sunan Kalijaga untuk memindahkan kekuasaan dari Majapahit ke Demak," lanjut Pak Kades.
Artinya, sebuah bukit kecil yang terletak di sebelah selatan dan timur Panceng itu pernah menjadi bagian proses dakwah Islam Walisongo di tanah Jawa. Bahkan, ketika proses islamisasi itu mulai menjangkau ke politik dan kekuasaan, Surowiti dijadikan Sunan Kalijaga sebagai tempat mengatur strategi.
"Karena para Walisongo menyadari, dakwah tak cukup dengan pendekatan kultural. Melainkan juga struktural kekuasaan," tegas Pak Kades.
Hal itu pula lah yang melatarinya menjadi kepala desa di usia yang masih sangat muda. "Saya sudah tiga periode menjadi kades, Gus," katanya.
Itu tak lepas dari misi dia guna tetap bisa berdakwah dan membumikan ajaran Sunan Kalijaga di Surowiti. "Tiap acara Agustusan atau acara resmi lainnya, selalu saya sampaikan dalam sambutan mengenai nilai-nilai kebijaksanaan yang diwariskan Sunan Kalijaga. Termasuk meluruskan sejarah mengenai Surowiti yang banyak bergeser," ceritanya.
Dengan demikian, nilai-nilai peninggalan Sunan Kalijaga yang penuh dengan nuansa akulturasi budaya bisa ia jaga di masyarakat dengan lebih efektif. Agar tidak berbelok dan semoga terus tertanam di masyarakat sampai ke generasi selanjutnya.
Hanya, ia pun berpesan, hati-jati dengan kekuasaan. Karena dalam sejarahnya, meski diniatkan untuk dakwah, setelah Demak Bintoro terbentuk, juga berbuntut perang saudara karena kekuasaan.
"Kekuasaan itu akan menjadi sumber kemanfaatan yang luar biasa bila digunakan dengan baik. Sebaliknya, akan menjadi sumber kemudharatan luar biasa bila disalahgunakan," pesannya.
Ngomong-ngomong, wes pernah nang Surowiti rung? Ayo dukung wisata lokal Kabupaten Gresik.(Oleh Gus Yani - Mad GNN)