Kondisi tersebut seperti yang dirasakan para petani di Desa Cancung, Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro. Memasuki musim panen kali ini para petani setempat resah, mereka mengeluh lantaran harga bawang merah terus merosot.
Bahkan sejak dua pekan terakhir, harga bawang merah ditingkat petani anjlok drastis dari kisaran harga Rp 25 ribu perkilogram kini tinggal berkisar Rp 15 ribu saja tiap kilogramnya.
Tidak diketahui pasti turunnya harga bawang ini, namun petani menduga kondisi ini lebih disebabkan karena sedikitnya tengkulak yang beroperasi atau melakukan pembelian bawang langsung dari petani, akibat dampak merebaknya covid-19. Bahkan tak hanya harganya yang murah, kondisi ini juga membuat petani makin kesulitan menjual hasil panen.
Salah satu petani, Samari, menuturkan musim panen ini, harga bawang merah tiba-tiba merosot drastis. Kondisi pasar yang lesu akibat merebaknya pandemi covid-19 membuat para tengkulak, enggan membeli hasil panen petani dengan harga tinggi, lantaran juga khawatir mengalami kerugian.
"Penurunan harga jual bawang merah ini membuat pendapatan petani turun sekitar 40 persen dibanding saat normal lalu," terangnya.
Dari dua petak sawahnya, dengan hasil panen satu ton bawang merah. Sebelumnya mampu menghasilkan omzet hingga Rp 20 juta. Namun musim ini, hanya menghasilkan Rp 9 juta saja.
Meski tak sampai menderita kerugian, namun hal ini membuat keuntungan yang didapat menjadi minim. Apalagi bertanam bawang merah membutuhkan modal yang tinggi. Terutama pembelian benih, di awal tanam lalu, yang mencapai 50 ribu rupiah perkilogram.
Atas kondisi ini, petani bawang merah mengaku hanya dapat pasrah. Mereka berharap pada musim panen selanjutnya, harga bawang merah tak lagi anjlok sehingga membuat petani bersemangat membudidayakan bawang merah dengan keuntungan yang berlipat. ( Abq - dmw )