GRESIK - gerbangnusantaranews.com
Pengurus Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Gresik menyesalkan video viral perundungan remaja di Alun-alun Gresik. Pasalnya, kasus perudungan yang berujung ke pihak berwajib seringkali terjadi di Gresik. Namun masih banyak kasus kekerasan di kalangan anak-anak dan remaja lain yang terjadi dan tidak terungkap.
Ketua PC Fatayat NU Gresik Ainul Farodisa mengaku, bukan hanya sekali kasus perundungan di Indonesia, khususnya di Gresik. Beberapa bulan lalu, juga terjadi perundungan hingga pembunuhan anak di Bungah Gresik. Kejadiannya pun sama karena sakit hati. “Saya melihat anak-anak sekarang belum siap dengan kritik, mereka melakukan tindakan secara emosional,” kata Ainul.
Diakui, jumlah laporan kekerasan anak dari tahun ke tahun selalu meningkat. Dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, sejak 2011 hingga 2019, ada 37.381 aduan yang masuk ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Itu Dari jumlah tersebut, pelaporan kasus bullying atau perundungan, di dunia pendidikan maupun media sosial mencapai 2.473 laporan.
Dengan jumlah anak sebagai korban maupun pelaku kekerasan sangat tinggi. “Hal tersebut merupakan bukti bahwa upaya pencegahan kekerasan terhadap anak yang dilakukan baik oleh keluarga, pemerintah dan masyarakat masih belum membuahkan hasil yang baik,” ungkapnya.(8/1/2021)
Dijelaskannya,
menurut penelitian yang dilakukan oleh Douglas Gentile dan Brad Bushman dalam Psychology of Popular Media Culture, disebutkan anak-anak yang terlihat baik juga memiliki risiko untuk menjadi seorang pengganggu dan memiliki beberapa perilaku yang agresif. Agresifitas fisik ini diukur dengan perkembangan diri, keluarga, teman sebaya, dan lingkungan anak. “Dari beberapa faktor tersebut, keluarga sangat mempengaruhi pribadi anak dari positif ke negatif,” tegasnya. Maka di situ, Fatayat NU Gresik mengingatkan pendidikan utama dalam ruang keluarga menjadi dasar utama perkembangan anak. Orang tua menjadi madrasah AL Ula atau pendidikan pertama dalam rangka menciptakan generasi hebat dan berakhlaqul karimah. “Terlebih, pada saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, orang tua, lingkungan dan pemerintah harus melakukan sinergitas lebih kuat terhadap pendidikan anak karena mereka tidak lagi mengikuti proses belajar di sekolah,” kata Ainul.
Menurutnya, konsep Program Pengasuhan Anak Berbasis Komunitas yang digodok dalam Musrenbang Perempuan KabupatenGresik harus diseriusi dan dilaksanakan. Dengan begitu kelompok masyarakat di sekitar tempat kejadian langsung tanggap dan tidak terkesan apriori.
"Alhamdulillah, Fatayat juga telah melaksanakan kegiatan ini dengan pilot project di desa Sukorejo Kebomas Gresik, kawasan orang tua pekerja industri,” jelasnya. Di samping itu peran aparat keamanan harus lebih diperketat terkait penjagaan di ruang-ruang publik, khususnya terhadap anak di bawah umur. “Kami berharap Gresik menjadi Kabupaten Layak Anak (KLA) dengan lingkungan aman dan nyaman untuk perkembangan mereka. Tentunya, seluruh elemen dari orang tua dan semua stakeholder bahu-membahu mengoptimalkan pengasuhan anak berbasis komunitas ini,” harap Ainul (Hoo)