Gresik, GNN
Peringatan Haul Akbar, Sedekah Bumi dan Hari Jadi Desa Bedanten ke-664, Kamis (3/3/2022), diselenggarakan oleh seluruh masyarakat Desa Bedanten, Kecamatan Bungah,Kabupaten Gresik,Jawa Timur, yang dipusatkan di Kompleks Makam Mbah Sayyid Khusaini ini dalam rangka menjaga tradisi dan budaya serta adat di tengah perkembangan zaman.
Acara semakin terasa istimewa dengan kehadiran sejumlah pejabat, seniman, kiai, hingga tokoh masyarakat yang membaur bersama warga.
Diantaranya seniman asal Singosari Kabupaten Malang, Ki Ardi Purboantono (Dalang Lesbumi PBNU), Petinggi Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pusat Ajengan Diaz Nawaksara (Gus Didin), Wakil Ketua MPR RI Gus Jazilul Fawaid, Anggota DPRD Gresik Noto Utomo dan Hj. Hudaifah.
Ketua Paguyuban Pelestari Makam Tua Desa Bedanten, Miftah didampingi Kang Lestari Widodo dan Ustaz Mudhofar mengatakan, tradisi memperingati Hari Jadi Desa dan Haul Akbar Mbah Sayyid Khusaini telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Bedanten selama bertahun-tahun.
"Sudah bertahun-tahun masyarakat Desa Bedanten melaksanakan tradisi memperingati Hari Jadi Desa dan Haul Akbar Mbah Sayyid Khusaini. Namun, dulu istilahnya barikan, sebelum akhirnya diisi dengan istighosah dan tahlilan mulai sekitar tahun 2003," terang Miftah.
Konon, berdasarkan beberapa cerita sejarah turun temurun, Desa Bedanten pada zaman era kerajaan Hayam Wuruk sekitar abad 13 terdapat sebuah dermaga bernama Padanten, sebagian menyebutnya Madanten.
Singkat cerita, beberapa warga meyakini usia Desa Bedanten lebih tua daripada Kabupaten Gresik dengan selisih 129 tahun, sebab Kabupaten Gresik pada 9 Maret 2022 mendatang tepat di usia 535 tahun.
"Tetapi mungkin itu hanya soal hitungan, bisa jadi beda mulai menghitungnya, yang jelas Desa Besanten yang telah berusia 664 itu dibuktikan dengan adanya Prasasti Canggu, dan di situ tertera tambangan, artinya itu menjadi petunjuk bahwa pada era Hayam Wuruk dulu di Desa Bedanten ada dermaga," beber Miftah lagi.
Lebih lanjut, Miftah berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan oleh masyarakat secara turun temurun agar tidak tergerus arus perkembangan zaman. Sehingga kehidupan yang guyub rukun dan menghormati warisan leluhur tetap terjaga.
"Tugas kita mewariskan adat istiadat dan budaya baik ini kepada generasi yang lebih muda, yakni generasi milenial agar paham sejarah," pungkasnya. (Didik Hendri Telisik Hati)