Mojokerto, GNN gerbangnusantaranews.com
Pengendalian dan percepatan penurunan angka stunting menjadi salah satu fokus Pemerintah Indonesia. Mendukung hal tersebut, Kecamatan Jetis meluncurkan program terobosan yang dinamai 'Pelita Jetis' guna mengendalikan dan percepatan penurunan angka stunting di wilayah Kecamatan Jetis.
Pelita Jetis merupakan akronim dari Peduli Stunting Kecamatan Jetis. Program ini diluncurkan pertama kali di Balai Desa Ngabar, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Selasa (31/1/2023). Program ini pun langsung mendapatkan apresiasi dari Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati.
"Terima kasih dan saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Kecamatan Jetis sudah merangkul semua pihak, untuk bersama-sama mengendalikan dan menurunkan angka stunting di Kecamatan Jetis ini," ungkap Ikfina.
Mengapa stunting menjadi masalah serius? Bupati Ikfina menjelaskan, anak yang masuk kategori stunting memiliki tingkat kecerdasan 20 persen lebih rendah dibanding anak normal. Sementara, negara membutuhkan SDM yang cerdas untuk menjadi negara yang lebih baik di masa mendatang.
"Bangsa kita kedepannya membutuhkan SDM yang cerdas untuk menjadi negara yang besar. Kesempatan membentuk SDM yang cerdas, waktunya hanya enam tahun. Kalau lebih dari itu, maka sudah telat, karena sudah tidak ada perkembangan otak pada anak. Tentu semua ingin anak-anaknya pintar semua. Maka kita harus serius menghadapi stunting ini," jelasnya.
Bupati dengan latar belakang dokter ini pun menjelaskan, penanganan stunting ini dilakukan mulai dari ibu hamil. Ia mengajak seluruh pihak untuk memperhatikan kesehatan dan kebutuhan gizi ibu hamil agar anaknya ketika lahir nanti tidak masuk dalam kategori stunting.
"Semua ibu hamil ini harus cukup gizinya, maka ketika melahirkan anaknya nanti, anaknya dalam kondisi semua sehat. Lingkar kepalanya sesuai standar, tidak kurang tinggi badannya juga. Itu salah satu penanganan kepada ibu hamil," tuturnya.
Selanjutnya, setelah anak-anak lahir, Bupati Ikfina mengimbau agar para ibu memberikan ASI eksklusif sampai anak usia dua tahun. "Sejak awal lahir sampai enam bulan, ini ASI adalah sumber gizi anak. Selanjutnya juga diberi bubur susu sebagai makanan pendamping ASI," terangnya.
Usai lepas ASI eksklusif di usia dua tahun, Bupati Ikfina juga meminta agar para orang tua memperhatikan makanan yang dimakan anak setiap harinya. "Setelah lepas ASI eksklusif, sumber gizi anak sudah tergantung pada makanan. Jadi setiap makan, harus ada zat pembangun, yaitu protein. Jadi setiap makan harus ada telur, ayam, daging, ikan. Itu sebagai sumber proteinnya," katanya.
Dengan terpenuhinya zat-zat pembangun di masa pertumbuhan anak, maka potensi lahirnya anak stunting akan semakin minim. "Semoga program ini tetap lanjut, karena kedepannya ini setiap hari akan ada ibu-ibu yang hamil, ada anak-anak yang lahir. Ini yang harus kita perhatikan agar terbebas dari stunting," pungkasnya.(hd)