JAKARTA, GNN gerbangnusantaranews.com
Hari ini Be Home sebuah platform yang mewadahi teman-teman broken home, menyelenggarakan acara puncak Be Home Ambassador di Ko+labora Flexispaces (4/3).
Acara ini berkolaborasi dengan Indika Foundation dan didukung oleh para pihak seperti Unilever Indonesia dan Sinana Delight.
Keluarga memiliki peran penting untuk setiap individu karena merupakan lingkungan pertama tempat anak bertumbuh dan berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga memiliki peran
besar dalam hal pembentukan psikologis individu. Sayangnya tidak semua keluarga berhasil menjalankan fungsi utuhnya.
Tercatat pada tahun 2022 jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus, angka ini meningkat 15,31% dibandingkan pada tahun 2021. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Be Home didirikan oleh Chatreen Moko 11 tahun silam untuk menjadi ‘rumah aman’ bagi anak-anak
broken home, dengan memanfaatkan berbagai sosial media seperti Instagram, Twitter, Youtube,
Tiktok, Facebook sebagai kanal komunikasi utamanya dengan teman-teman broken home.
“Kami menyadari bahwa anak dari keluarga yang orang tuanya berpisah (broken home) kerap merasa
bingung harus bercerita dan mencari informasi kemana, untuk itu saya mendirikan Be Home sebagai
wadah untuk teman-teman bisa bercerita secara aman, nyaman dan juga merasa dipahami karena berasal dari latar belakang keluarga yang serupa”.
Anak broken home kerap mendapat stigma negatif yang menempel di masyarakat; dicap sebagai
anak nakal, tidak bisa diatur, tidak akan sukses serta memberi pengaruh buruk di masyarakat. Bahkan di banyak kasus anak broken home kerap mendapatkan perundungan dari teman-temannya dan yang lebih mengkhawatirkannya lagi, kondisi keluarga yang rapuh ini juga kerap menjadi alasan anak-anak
broken home mencoba dan bahkan sampai menghilangkan nyawanya sendiri.
Untuk itu Be Home menyelenggarakan kegiatan Be Home Ambassador yang ditujukan untuk mencari pionir yang berani
speak up agar dapat memotivasi sesama anak-anak broken home dan juga memberikan edukasi serta mematahkan stigma mengenai anak broken home di masyarakat.
Kegiatan Be Home Ambassador telah diselenggarakan sepanjang Januari-saat ini. Dalam acara puncak hari ini akan terpilih 3 ambassador, mereka adalah anak-anak yang berani speak up dan
mampu memberikan semangat bagi sesama survivor broken home melalui konten dan interaksi di sosial media.
Dalam acara puncak penyelenggaraan Be Home Ambassador yang dihadiri oleh sekitar 150 peserta
ini, telah dilaksanakan juga webinar dengan tema “Broken Home: Bukan Alasan untuk Melepas
Mimpi”, talk show bersama Psychiatrist dr. Santi Yuliani, M.Sc.,Sp.KJ, dr. Shela Maulida, dr. Azzahra
Humairrah dan juga stand up comedy dibawakan oleh Eky Pryagung.
Uniknya semua narasumber merupakan survivor broken home. Webinar ini dihadiri 700 lebih peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
“Event ini kami persiapkan cukup lama, sehingga harapannya value yang ingin kami berikan bisa
tersampaikan dengan baik ke semua pihak yang terlibat. Selain itu semoga dengan langkah awal
adanya Be Home Ambassador ini dapat memberikan impact bagi rekan-rekan survivor broken home
dan memberikan semangat untuk terus meraih mimpi-mimpi. Secara pribadi, ini event paling
memberikan kesan terbaik sepanjang perjalanan saya handle kegiatan karena dari persiapan hingga
pelaksanaan benar-benar pikiran, perasaan, dan hati saya libatkan secara maksimal”, tutur Cerry Kartika Kwartania selaku Project Manager.
Saat ini Be Home bergerak secara masif di berbagai kanal sosial media untuk menyebarkan
konten-konten yang bersifat edukatif dan informatif dalam rangka meningkatkan awareness terkait
isu broken home. Selain itu, Be Home juga menyediakan layanan ManCur yang merupakan akronim
dari Teman Curhat. Layanan ManCur sendiri sejak tahun 2020 sudah melayani 1500+ klien.
“Kami berharap melalui kegiatan ini, teman-teman broken home memiliki wadah positif untuk bisa
saling cerita dan pengalaman, dan semangat untuk terus bisa mengejar mimpi tanpa terbebani status
sebagai anak broken home. Kami juga berharap masyarakat lebih peka lagi terhadap isu anak-anak
broken home sehingga tidak memberikan stigma kepada kami, para survivor anak broken home,”tutup Moko. (slt)