Gresik, GNN gerbangnusantaranews.com
Demikian yang disampaikan oleh Djoko Pitono wartawan senior Surabaya Post saat memberikan motivasi kepada ratusan santri ponpes Alkarimi Tebuwung Dukun dalam acara malam peringatan Nuzulul Qur'an dan Tahtimul Qutub (Khatam Kitab) ngaji posoan di Ponpes Alkarimi. Acara tersebut ditempatkan di Halaman ponpes Alkarimi Desa Tebuwung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. (11/4/2023 malam)
Menurut Djoko Pitono Santri tidak hanya pinter membaca kitab kuning dan pandai pidato tetapi harus punya keahlian dalam tulisan," yang terucap akan hilang tetapi yang tertulis tetap akan abadi selamanya," katanya
Ditambahkan, bahwa santri harus bisa menginformasikan menceritakan suatu peristiwa dengan cara menulis kejadian tersebut sehingga nantinya akan ter asah dan biasa akan menulis dengan baik tentang peristiwa yang terjadi."
"Proses ini terus berlanjut dengan baik ketika santri meningkatkan grade tulisanya ke media cetak atau media online," jelasnya
Bahkan Djoko Pitono menceritakan akan pengalamanya disaat menjadi Wartawan di Surabya Post, Memorandum termasuk di Jawa pos Surabaya.Dan pengalamanya menjadi guru di SMA Alkarimi Tebuwung Dukun tahun 1988. Serta menulis buku yang berjudul "Kiai Besar Bin Kiai Besar Yang Berpikiran Besar : Lika liku perjalanan Prof Dr KH. Asep Saifuddin Chalim Mag pengasuh Ponpes Amanatul Umah Pacet Mojokerto.
Sementara itu pengasuh Ponpes Alkarimi Tebuwung KH Abdul Muhshi dalam kata sambutanya mengatakan, Alhamdulillah Khatam kitab posoan ini sebagai media untuk meingkatkan belajar dan Tholabul Ilmi di Ponpes Alkarimi," usai kegiatan ini santri wajib melaksanakan dan mengamalkan serta mengaplikasikan di rumah," imbuhnya
Termasuk ngaji Alqur'an yang Tahfidz harus punya program untuk menyelesaikan dengan cara Muqorobah yang selalu diawasi oleh Allah sehingga santri akan selalu berbuat kebaikan dan Istiqomah," jelas Yai Muhshi
Untuk diketahui Tasyakuran peringatan Nuzulul Qur'an dan Tahtimul Qutub ponpes Alkarimi dihadiri oleh KH Murtadlo Abdullah ketua YPP Alkarimi dan jajaranya, pengurus ponpes Alkarimi, Bunyai, Asatidz Wal Asatidzah, dan guru madin (Syafik Hoo)