Gresik, GNN gerbangnusantaranews.com
Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari atau disebut dengan (Mbah Hasyim) selain dikenal sebagai Muassis (pendiri) Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Islam Nahdlatul Ulama (NU) terbesar di dunia sekaligus meninggalkan "Rekam jejak" yang dahsyat baik untuk (kemerdekaan) Negara Republik Indonesia (NKRI) maupun dalam internal konsolidasi umat Islam. Mbah Hasyim Asy'ari sendiri juga sebagai pendiri dan pengasuh ponpes Tebuireng Jombang saat itu dalam masa perjuangan
Pengasuh PP Tebuireng, Jombang KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) berhasil merekam dengan tajam dalam sebuah karya buku bertajuk: Mengenal Sosok Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia. Buku ini memiliki banyak dimensi dan akan dibedah di Surabaya, Selasa 16 Juli 2024, tepatnya di Hotel Khas Surabaya.
“Insya Allah hadir sebagai pemateri Prof Masud Said (Ketua PW ISNU Jatim), Prof Masykuri Bakri (Ketua Prenas IKAPETE Pusat), Dr dr H Sukadiono (Ketua PW Muhammadiyah Jatim) dengan moderator Ketua ICMI Pusat H Ismail Nachu. Melalui buku ini kita bisa melihat dengan jelas potret perjuangan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari,” demikian Gus Fahmi cucu Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari melalui telpon Seluler Selasa, (9/7/2024)
Buku tersebut juga sudah dibedah di berbagai daerah. Baik di Tebuireng, Jombang, maupun di Pondok Pesantren Minggir, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gus Kikin juga berhasil ‘mengulik dan menelisik kerja keras Mbah Hasyim dalam menghadapi tantangan saat mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng tahun 1889 M.
Sebab sejak awal, lokasi pondok Tebuireng bersebelahan dengan Pabrik Gula Cukir (milik Belanda) yang banyak dikelilingi kemaksiatan dan bobroknya moral maka, Pemilihan tempat lokasi yang berhadapan langsung dengan pusat kemaksiatan itu, membuat pendirian pesantren Tebuireng mengalami banyak tantangan, baik dari mental seperti difitnah maupun fisik seperti ancaman penyerangan dan pembunuhan.
Dulu, pondok kan masih terbuat dari bambu, para santri tidak berani tidur dekat dengan dinding karena takut ditusuk dari luar oleh orang-orang yang tidak suka dengan dakwah KH Hasyim Asy’ari,” jelas Gus Kikin sebagaimana diunggah duta.co
Dakwah dan perjuangan KH Hasyim Asy’ari tak hanya dilakukan di dalam pesantren. Kiai Kikin menyebut bahwa setiap hari Selasa, Hadratusyyeikh meliburkan aktivitas mengaji dengan para santri Tebuireng. Pada hari Selasa itu, KH Hasyim memilih untuk mendatangi masyarakat dan membuat pengajian langsung di tengah masyarakat. “Makanya setiap Selasa, ngaji di pondok libur, dan beliau memilih untuk menggelar pengajian kecil di kampung-kampung,” ungkap Gus Kikin.
Ia juga menyebut, kitab yang dikajinya adalah kitab-kitab kecil yang praktis dan diperlukan di masyarakat. Gus Kikin juga menyinggung perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam berbagai lipatan sejarah Indonesia. KH Hasyim tidak pernah ‘absen’ dalam memperjuangkan agama dan bangsa. Ia menyontohkan perjuangan dalam melakukan konsolidasi umat Islam untuk melawan penjajah baik di era Belanda dan Jepang. Hingga upaya memperjuangkan Indonesia pasca deklarasi kemerdekaan dengan fatwa jihad yang menyeru umat Islam untuk bersatu melawan penjajah yang kembali hendak menjajah Indonesia.
Nah, “Lewat buku berjudul ‘Mengenal Sosok Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia’, kita tahu sosok pendiri organisasi masyarakat (NU) terbesar di dunia. Kita semakin terkagum dengan sosok Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, sosok yang sangat langka di negeri ini. Hebatnya pemikiran beliau selalu update dalam menyikapi problem bangsa dan negara,” saya berharap dengan launching bedah buku ini umat Islam setidaknya tau akan sosok perjuangan Hadratussyeikh dalam merebut kemerdekaan dan mempersatukan NKRI wabil khusus kepada para Alumni yang tergabung Di IKAPETE seluruh Indonesia," pungkas Gus Fahmi yang juga pengasuh Pesantren Putri Tebuireng Jombang (Syafik Hoo)